Featured Post

Free Squid Proxy

Please use proxy below and do not forget to note the Access For. With you using squid proxy many benefits such as increasing internet spe...

Sunday 28 February 2010

KARYA SASTRA

Karya sastra adalah fenomena yang penuh dengan keindahan yang menimbulkan daya tarik pembaca untuk menikmati sekaligus menilainya. Keindahan adalah ciptaan pengarang dengan seperangkat bahasa melalui eksplorasi bahasa yang khas, pengarang akan menampilkan aspek yang optimal.

Fenomena keindahan dalam karya sastra menjadi amat penting sebagai salah satu syarat sebuah karya sastra yang baik dalam konteks ini. Masing-masing pengarang memiliki gaya berbeda dalam menciptakan keindahan lewat karya sastra yang ditelitinya. Perbedaan gaya dan penampilan (reatures) yang berbeda itulah yang membuat pembaca ingin memburu, melacak, dan menangkapnya.

Keberadaan itu menarik untuk ditelaah, dalam tulisan ini penulis bermaksud mendiskripsikan (menggambarkan) letak keindahan sebuah karya sastra dari aspek diksi atau pilihan kata. Karya sastra yang akan ditelaah berupa puisi karena puisi adalah ciptaan keindahan yang dapat yang menghasilkan sesuatu yang tak terduga, yaitu kejutan yang menyenangkan (Johason dalam Nadeak, 1985:5).
D. Zawawi Imron memberikan pernyataan bahwa karya seni adalah pernyataan dari gairah hidup. Untuk menanggapinya juga diperlukan daya apresiasi ketajaman rasa dalam menangkap keindahannya sepercik nilai hidup. Kebudayaan dari waktu kewaktu selalu mendidik masyarakatnya dengan memberikan apresiasi baik langsung maupun tidak langsung (Jawa Pos, 2 Juni 2004:10)

Kegiatan yang menyenangkan menjadi daya sengat dan menimbulkan keharuan, artinya sebuah karya sastra yang mengandung unsur keindahan dapat membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan, dan menciptakan proses perubahan pikiran bagi pembaca.

Memang karya sastra syarat dengan unsur estetis, yaitu unsur-unsur kepuitisan yang dapat dicapai melalui berbagai cara. Secara umum unsur-unsur kepuitisan dapat dilacak dalam struktur bangun puisi, baik struktur fisik maupun struktur batin. Dengan demikian, kajian tentang estetika tidak berhubung dengan seni bahasa saja, maksudnya estetika sebuah puisi juga menyeluruh ke unsur-unsur pembangun karya sastra. Menurut Brangiky (dalam Endrawara, 2003:68) ada tiga aspek konsep keindahan yaitu, pertama, dari aspek antologisnya, maksudnya ada keindahan puisi sebagai pembayangan kekayaan tuhan. Kedua, dari aspek imnin, maksudnya dari yang terindah yang terungkapkan dalam kata-kata dan selalu terwujud dalam keanekaragaman, kebahagiaan yang harmonis baik dalam alam maupun dalam ciptaan manusia. Ketiga, dari aspek psikologis, maksudnya efek kepada pembaca.

Dari pendapat tersebut, tanpak bahwa keindahan dari aspek antologi dan imanen merupakan bentuk kemampuan pengarang mengelola bahasa dalam karyanya. Olahan bahasa yang hidup dan mempesona dapat saja menjadi lebih memukau dan seakan-akan memiliki jiwa ketuhanan. Kata-kata yang mereka ciptakan seakan-akan berasal dari sang pencipta. Sedangkan, keindahan dari aspek psikologis sebenarnya merupakan keindahan karya sastra bagi pembaca. Keindahan ini mempunyai nilai pragmatik.

Yang jelas, estetika sastra yang universal hampir tidak ada. Keindahan karya sastra umumnya terbatas pada wilayah pada sastra itu sendiri. Maksudnya, estetika hasil ciptaan sastra (puisi) memiliki kekhasan masing-masing bersifat unik dan personal (dalam Endraswara, 2003:68-69). Namun, secara umum bahasa yang digunakan dalam puisi memiliki kecenderungan yang bersifat ekspresif, sugestif, asosiatif, dan magis. Ekspresif maksudnya, setiap bunyi yang dipilih, setiap kata-kata yang dipilih, dan setiap metafor yang dihadirkan harus berfungsi bagi kepentingan eskpresi, maupun menjelaskan gambaran dan mampu menimbulkan kesan yang kuat. Setiap unsur yang dipilih dan dipergunakan harus turut membawakan nada, rasa, pengalaman penyair atau pengarangnya.

Sugestif maksudnya, bersifat menyarankan dan memengaruhi pembaca atau pendengarnya secara menyenangkan dan tidak terasa memaksa karena sifat itulah sastra dapat berkesan sangat kuat dalam diri penikmatnya. Asosiatif maksudnya, mampu membangkitkan pikiran dan perasaan yang merembet, tetapi berkisar diseputar makna konvensionalnya atau makna konotatifnya yang sudah lazim. Dengan demikian, bahasa puisi mempunyai kegandaan tafsir (Jabrohim dalam Materi Pelatihan Terintegrasi, 2005:6:7)

Terkait dengan estetika diksi, penulis sengaja memilih karya D. Zawawi Imron dalam judul Celurit Emas, karena sajak-sajak dalam antologi dapat dikaji estetika diksinya. Namun, hal ini bukan berarti bahwa sajak-sajak dalam antologi tersebut sekedar mengandung estetika diksi, sebab unsur estetik begitu beragam dan terjalin dengan unsur-unsur estetik yang lain. Pengkajian estetik lebih difokuskan pada aspek yang menyebabkan karya sastra (puisi) menjadi lebih indah dan menarik.